Sisa-sisa mistisisme memang masih lekat dengan sebagian penduduk
Indonesia. Tak terkecuali bagi masyarakat Abangan di Jawa. Kemarin, di
situs sosial berbagi video (youtube) sempat ramai digunjing sebuah
potongan video tayangan Bukan Empat Mata di stasiun televisi nasional
Trans 7 pada 10 Mei 2013 lalu dengan segmen Wagini si anak genderuwo.
Wagini
tampil di hadapan publik ditemani pendampingnya, Eyang Ratih. Wagini
ini disebut-sebut sebagai anak genderuwo. Dia tinggal di Alas Purwo,
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Pada 1980 Ibu Wagini sempat disetubuhi
oleh genderuwo yang berubah menyerupai suami. Lalu benarkah genderuwo
bisa melakukan itu?
Seorang Antropolog Amerika, Clifford Geertz
pernah menulis tentang genderuwo dalam buku berjudul: The Religion of
Java yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul:
Agama Jawa (Abangan, Santri dan Priyayi dalam Kebudayaan Jawa). Dalam
buku itu Geertz bersua dengan seorang pemuda di Mojokuto, sebuah kota
kecil di Jawa Timur.
Di Mojokuto, kata Geertz, pemuda itu
bercerita tentang tiga jenis mahluk halus utama yang dipercayai oleh
warga: jenis memedi (yang secara harfiah berarti menakut-nakuti),
lelembut (mahluk halus) dan tuyul. Memedi ini biasanya hanya mengganggu,
menakuti, dan tidak menimbulkan kerusakan serius.
Memedi
laki-laki disebut sebagai genderuwo, sedangkan perempuan disebut wewe
(wewe kawin dengan genderuwo, karena itu wewe selalu terlihat
menggendong anak kecil dengan selendang di pinggang sebagaimana ibu-ibu
manusia).
Seperti apa penampakan genderuwo ini? Menurut Geertz,
genderuwo pada umumnya lebih senang bermain-main dari pada menyakiti.
Mereka juga jail dengan manusia. Misalnya menepuk pantat perempuan,
memindah pakaian seseorang dari rumah dan melempar ke kali, melempar
atap rumah dengan batu sepanjang malam atau melompat di sebatang pohon
dengan wujud besar berwarna hitam dan sebagainya.
Geertz berkisah
tentang Paidin yang jatuh dari jembatan ketika berjalan. Paidin tahu
bahwa genderuwo yang melempar dia jatuh ke air karena ketika jatuh
genderuwo itu membelenggu tangannya ke belakang dan berbicara padanya
dari belakang dalam bahasa sastra Jawa klasik. Menurut Paidin, genderuwo
selalu berbicara dengan kata-kata kuno.
Meski genderuwo ini
senang lelucon, tapi bukan berarti dia tidak bahaya. Sering kali dia
keluar dengan wujud orang tua, kakek, anak, atau saudara kandung sambil
berkata:"Hei ayo ikut aku". Kalau orang mengikuti ajakannya, maka dia
tidak akan terlihat. Bila demikian, maka keluarga di rumah akan terus
mencari sambil memukuli panci, arit, pacul dan sebagainya.
Hal
itu dilakukan untuk membuat gaduh. Genderuwo bisa terganggu dengan
keributan itu. Korban penculikan genderuwo ini biasanya anak-anak kecil.
Karena terganggu itu, genderuwo akan membawakan makanan untuk korban.
Bila dimakan, maka anak itu bakal lenyap selamanya. Tapi kalau menolak,
maka dia bakal selamat.
Bahkan, kadang-kadang genderuwo berbuat
melewati batas. Menurut Geertz, genderuwo menyamar sebagai suami seorang
perempuan lalu tidur dengan perempuan itu. Tentu saja itu tanpa
sepengetahuan perempuan itu. Bila itu terjadi, maka perempuan bakal
hamil, dan lahirlah anak genderuwo yang menyerupai raksasa.
Di
Mojokuto, kata Geertz, pernah ada anak genderuwo ini lahir. Anaknya
berbadan besar, hitam dengan bentuk aneh. Dia hanya hidup sampai 16
tahun, lalu meninggal. Meski pada dasarnya genderuwo itu baik, namun dia
bisa juga tersinggung bila digunjing.
Namun Guru Besar dari
Departemen Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana, Bali, Wimpie Pangkahila ini menyangkal soal cerita anak
genderuwo ini. Menurut dia, tidak mungkin ada anak genderuwo, buah
hubungan percintaan antara manusia dengan genderuwo.
"Kalau orang mirip genderuwo iya. Saya kira
berita
itu tidak benar, itu pembodohan. Kalau memang dianggap anak tidak
wajar, kurang gizi atau ada kelainan, mestinya dikonsultasikan dulu ke
tenaga ahli biar diketahui penyebabnya apa. Sehingga diketahui jenis
kelainannya dan segera mendapat perawatan medis," ujarnya.
Lalu apakah anda masih yakin bila Wagini adalah anak genderuwo?