Misteri Jenglot dan Asal Usul Jenglot
Tulisan Misteri Jenglot dan Asal Usul Jenglot bermula dari rasa
penasaran saya kepada makhluk kecil yang bernama jenglot (diberinama
Jenglot).saya mengadakan tanya jawab kepada orang orang yang memilik
jenglot atau orang yang pernah melihat jenglot dan pada orang yang
sempat mendapat penjelasan mengenai jenglot dari orang yang pernah
memiliki jenglot.saya juga mencari referensi di internet mengenai
jenglot dan akan saya uraikan disini semua mengenai jenglot yang saya
tahu dan yang saya dapatkan dari berbagai sumber.
untuk pertama saya akan share pembahasan jenglot yang saya dapat dari internet
Misteri Jenglot dan Asal Usul Jenglot
Jenglot adalah figur berbentuk manusia yang berukuran kecil (sekitar
10-17 cm), berkulit gelap dengan tekstur kasar (seperti mumi), berwajah
seperti tengkorak dan bertaring mencuat, serta memiliki rambut dan kuku
yang panjang. Jenglot ditemukan di beberapa wilayah di nusantara,
misalnya Jawa, Kalimantan,dan Bali. Jenglot dipercaya memiliki kekuatan
mistis dan memakan darah manusia. Masyarakat Indonesia meyakini jenglot
sebagai makhluk yang memiliki kekuatan mistik dan dapat mengundang
bencana.
Secara sosio realistis jenglot merupakan binatang yang sangat lambat
dalam bergerak hingga tak mungkin dapat bertahan hidup lama, jenglot
hidup di hutan belantara penuh dengan pohon raksasa tempat
persembunyiannya. jenglot hanya mampu keluar dimalam hari karena tak ada
binatang buas dan manusia yang akan mengganggunya dan menyebabkan
kepunahan. Dan dalam mitos jenglot dianggap memiliki kesaktian/kekuatan
mistis seumpama dewa wisnu dengan sakti garuda dan siwa dengan sakti
lembu (sakti=wahana/kendaraan/wadah/istri) Secara medis, jenglot
didefinisikan sebagai bukan makhluk hidup setelah diteliti oleh tim
forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Melalui foto sinar
Rontgen, tidak ditemukan unsur tulang (sebagai penyangga organ mahluk
hidup) namun hal yang mengejutkan justru diperoleh dari penelitian DNA
lapisan kulit jenglot yang mengelupas.
Setelah diperiksa oleh Dokter Djaja Surya Atmaja dari Universitas
Indonesia, ternyata lapisan kulit itu memiliki DNA mirip primata sejenis
manusia. Akan tetapi, penyelidikan asal usul jenglot secara medis hanya
dihentikan sampai di sana karena pemilik jenglot tidak mengizinkan
jenglot dibedah, agar tidak ada hal buruk yang terjadi.
Legenda jenglot juga diangkat ke dunia hiburan, terutama untuk tema
misteri dan supranatural. Film Indonesia berjudul Jenglot Pantai Selatan
disutradarai oleh Rizal Mantovani, dirilis pada Februari 2011.
Sumber wikipedia
Apa jenglot bergerak?
Jangan pernah berharap jenglot dapat bergerak, berjalan, berlari atau
semacamnya. Menurut sumber sumber yang aku denger, mereka memang
bergerak namun hanya gerakan gerakan kecil yang mungkin tidak akan kita
sadari.
Jika ingin melihat gerakan-gerakan terserbut tentu saja kita harus
menggunakan kamera tersembunyi, mengintai makhluk aneh tersebut 24 jam.
Jenglot adalah manusia?
Penelitian yang dilakukan Dokter Djaja Surya Atmaja, PhD, dari
Universitas Indonesia menunjukkan bahwa contoh kulit Jenglot yang
diperiksa memiliki karakteristik sebagai DNA (deoxyribosenucleic acid)
manusia.
"Saya kaget menemui kenyataan ini," kata Djaja, doktor di bidang DNA forensik lulusan Kobe University, Jepang, 1995.
Namun Djaja menolak anggapan seolah ia mengakui Jenglot sebagai manusia.
"Tapi sampel yang saya ambil dari Jenglot menunjukkan karakteristik
manusia," katanya.
Adapun sampelnya berupa sayatan kulit Jenglot berukuran setengah luas
kuku, yang mengelupas dari lengannya. Contoh kulit itulah yang kemudian
ditelitinya di Laboratorium RSCM atas prakarsa dan biaya pribadi.
Spesimen seirisan kulit bawang itu kemudian diekstraksi agar DNA-nya
keluar dari inti sel. DNA merupakan material genetik berupa basa protein
panjang yang membangun struktur kromosom.
Pada inti sel manusia terdapat 23 pasang kromosom. Masing-masing bisa
dipenggal-penggal menjadi banyak lokus, satu unit yang membangun sifat
bawaan tertentu. Djaja memeriksa DNA Jenglot pada lokus nomor D1S80 dari
kromosom 1 dan HLA-DQA1 dari kromosom 5, serta lima lokus khusus lain
dengan teknik PCR (polymerase chain reaction). Pemeriksaan HLA-DLA-DQA1
memberikan hasil positif. Artinya, spesimen Jenglot itu berasal dari
keluarga primata -bisa monyet, bisa pula manusia. Namun dari
penyelidikan atas lokus D1S80, Djaja mendapat kepastian bahwa sampel DNA
itu berkarakteristik sama dengan manusia. Temuan mengejutkan itu
diperkuat dengan kajian mesin PCR. "Hasilnya begitu, saya harus bilang
apa," kata satu-satunya ahli DNA forensik Indonesia berusia 37 tahun
itu. Sayangnya sang pemilik Jenglot tidak memperbolehkan para peneliti
untuk mengotopsi benda tersebut lebih lanjut karena menganggap bahwa ia
adalah mahluk hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar